JAGALAH PERINTAH ALLAH, ALLAH AKAN MENJAGAMU


Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah memberikan nikmat yang sangat besar kepada manusia, Allah Subhanahu wa Ta'âla telah memberikan kita rezeki, nikmat kehidupan, menciptakan kita dan tidak akan bisa dihitung nikmatnya tersebut, meskipun manusia berusaha menghitungnya sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'âla: "Dan jika kamu menghitung nikmat-nikmat Allah niscaya kamu tidak akan bisa menghitung-Nya". (QS. Ibarahim: 34)
Diantara nikmat Allah Subhanahu wa Ta'âla yang terbesar adalah nikmat Islam dan iman. Nikmat ini akan memberikan arti dan manfaat jika ia dipelajari, difahami, diyakini dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya ketika seseorang menjadikan keislaman dan keimanannya hanya sebagai slogan dan simbol, maka tiadalah ada arti dari keimanan tersebut.
Supaya segala nikmat tersebut mempunyai arti dan makna dan mendapatkan keberkahan dari Allah Subhanahu wa Ta'âla, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan jalan yaitu dengan menjaga perintahnya sebagaimana wasiat yang telah beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan kepada Ibnu Abbas radhiyallaahu 'anhuma: "Jagalah Allah, niscaya Allah menjagamu". (HR. Tirmidzi, dan ia (at-Tirmidzi) menyatakan hadits hasan shahih). Maksud menjaga Allah Subhanahu wa Ta'âla adalah menjaga perintah-Nya, hak-hak-Nya untuk ditaati Keutamaan menjaga perintah Allah Subhanahu wa Ta'âla dan larangan-Nya.

Menjaga perintah Allah ‘Azza wa Jalla dan larangan-Nya mempunyai keutamaan dan kedudukan yang mulia disisi-Nya. Diantara bentuk menjaga perintah Allah Subhanahu wa Ta'âla adalah bertaqwa kepada-Nya dengan sebenar-benar taqwa, sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta'âla jelaskan dalam al-Qur'an: "Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allah sebenar-benarnya taqwa kepada-Nya". (QS. Ali Imran: 102)

Didalam surat lain Allah Subhanahu wa Ta'âla juga berfirman: "Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan berkatalah dengan perkataan yang benar". (QS. al-Ahzab: 70).

Bagi orang yang selalu menjaga perintah Allah Subhanahu wa Ta'âla, maka Allah ‘Azza wa Jalla akan memberikan rezeki dari apa-apa yang tidak ia sangka dan duga datangnya. Hal ini sebagaimana yang Allah Tabaaraka wa Ta'ala katakan dalam firman-Nya: "Dan siapa yang bertaqwa kepada Allah, Allah akan berikan berikan jalan keluar dalam hidupnya dan Allah berikan rezeki dari apa-apa yang tidak dia sangka-sangka" (QS. at-Thalaq: 2-3). Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa; orang yang senantiasa bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'âla atau menjaga perintah-Nya, maka Allah Tabaaraka wa Ta'ala akan berikan untuknya jalan keluar dari setiap kesempitan, atau kesulitan hidup, dan sebaliknya ketika seseorang tidak menjaga perintah Allah Subhanahu wa Ta'âla, maka sekali-kali mereka tidak akan mendapatkan jalan keluar dalam hidupnya.

Diantara keutamaan yang Allah Subhanahu wa Ta'âla berikan kepada orang yang menjaga perintah Allah Subhanahu wa Ta'âla ini, adalah Allah ‘Azza wa Jalla akan menjadikan Furqan (pembeda) dalam hidupnya dan Allah Subhanahu wa Ta'âla hapusi kesalahan-kesalahannya. Sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta'âla katakan dalam al-Qur'an: "Jika kamu bertaqwa kepada Allah, Allah akan jadikan furqan (pembeda) dan Allah akan hapus kesalahan-kesalahan kamu, lalu Allah akan ampuni dosa-dosamu dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. al-Anfal: 29)

Syaikh Utsaimin rahimahullah mensyarahkan dalam kitab beliau; bahwa Allah Subhanahu wa Ta'âla akan memberikan furqan maksudnya: "Allah Subhanahu wa Ta'âla akan menjadikan kamu bisa membedakan antara yang haq dan yang bathil, antara yang mudharat dan manfaat, juga Allah Subhanahu wa Ta'âla berikan kepadanya ilmu, dimana Allah Subhanahu wa Ta'âla bukakan kepadanya ilmu tersebut sedangkan pada orang lain tidak, karena ketaqwaan akan membuat bertambahnya petunjuk, ilmudan hafalan. Dan suatu hal yang tidak diragukan lagi bahwasanya, seseorang yang bertambah ilmunya, maka bertambah ma'rifahnya dan pada akhirnya mampu membedakan antara yang hak dan yang batil.

Imam Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan dalam Jami'ul ‘Ulum walhikam: "Barang siapa yang yang menjaga perintah Allah Subhanahu wa Ta'âla pada waktu kecilnya dan ketika dia kuat, maka Allah Tabaaraka wa Ta'ala akan jaga dirinya ketika mereka telah tua, ketika mereka dalam kondisi lemah. Senantiasa mereka ketika itu masih menikmati pendengarannya, penglihatannya, kekuatannya dan akalnya. Diriwayatkan bahwa sebagian para ulama terdahulu umur mereka telah melebihi seratus tahun akan tetapi kondisi fisiknya, kekuatannya, dan akalnya tidak hilang. Maka suatu ketika dia melompat dengan lompatan yang cukup kuat,mereka dicela tatkala melakukan hal tersebut, merekapun berkata; bahwa anggota tubuh ini kami telah menjaganya dari maksiyat sejak kami kecil sehingga Allah Subhanahu wa Ta'âla menjaganya ketika mereka telah tua. Sebaliknya tatkala seorang muslim tidak menjaga perintah Allah Subhanahu wa Ta'âla, malahan menyia-nyiakannya, maka Allah ‘Azza wa Jalla juga menyia-nyiakannya ketika mereka telah besar. Oleh karena itu apabila seorang hamba sibuk dengan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta'âla, maka Allah akan senantiasa menjaganya dalam keadaan tersebut."

Cara menjaga perintah Allah Subhanahu wa Ta'âla.

Adapun cara menjaga perintah Allah Tabaaraka wa Ta'ala adalah dengan senantiasa menjaga aturan-aturannya, hak-hak-Nya, perintah-perintah-Nya dan larang-larangannya. Menjaga perintah-Nya adalah dengan melaksanakannya, menjaga larangan-Nya adalah dengan menjauhinya dan meninggalkannya.

Banyak perintah-perintah Allah Tabaaraka wa Ta'ala yang wajib bagi seorang muslim menjaganya, demikian juga larangan-Nya, diantaranya adalah:

1. Mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya dan menjauhi syirik.

Mengikhlaskan ibadah adalah dengan memurnikan tauhid, bahwa seorang muslim dalam hidupnya hanya memperuntukkan ibadah tersebut serta memurnikannya kepada untuk Allah Subhanahu wa Ta'âla semata, karena mereka diperintahkan mengikhlaskan diri kepada Allah Tabaaraka wa Ta'ala sesuai dengan firman-Nya: "Dan tidaklah mereka diperintahkan, melainkan agar mereka beribadah kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya, dalam menjalankan agama dengan lurus". (QS. al-Bayyinah: 5)

Seiring dengan itu maka wajib juga bagi seorang muslim menjauhi perbuatan syirik dalam bentuk apapun, karena beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'âla tanpa menjauhi perbuatan syirik merupakan bentuk kesia-siaan, bahkan tidak akan terjaga Agama Allah tersebut. Makanya Allah Subhanahu wa Ta'âla selalu menggandeng antara perintah beribadah dan menjauhi syirik. Diantara ayat-ayat yang berbicara tentang hal tersebut adalah: "Dan beribadahlah kepada Allah dan jangan persekutukan dia dalam bentuk apapun" (QS. an-Nisa': 36) Dalam surat lain Allah Ta'ala juga berfirman: "Dan Robbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah kecuali hanya kepada-Nya". (QS. al-Isra: 23). Bahkan syarat bisa berjumpa dengan Allah Subhanahu wa Ta'âla adalah beramal sholeh dan menjauhi syirik dalam bentuk apapun. Hal ini sebagaimana yang Allah Tabaaraka wa Ta'ala firmankan: "Barang siapa yang mengharapkan berjumpa dengan Allah, maka hendaklah dia beramal sholeh dan jangan mempersekutukan-Nya dalam beribadah kepada-Nya dengan sesuatu apapun". (QS. al-Kahfi: 110)

2. Menegakkan Sholat

Shalat merupakan sebesar-besarnya dan semulia-mulianya ibadah. Allah Subhanahu wa Ta'âla telah memerintahkan kita untuk menjaganya dalam berbagai ayat al-Quran, diantaranya adalah: "Jagalah semua sholat dan Shalat Wustho (shalat ashar)". (QS. al-Baqarah: 238). Bahkan Allah memuji orang-orang yang senantiasa menjaganya, sebagaimana firman-Nya: "Yaitu orang-orang yang selalu menjaga shalatnya" (QS. al-Ma'aarij: 34)

Dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang menjaganya (shalat) adalah berhak baginya untuk masuk syorga". (HR. Ahmad no. 21646) Dan bila kita lihat masih banyak dalil-dalil lain yang menjelaskan keutamannya dan perintah untuk menjaganya. Menjaga shalat adalah menjaga sifat-sifatnya sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, menjaga waktu-waktunya yaitu dengan shalat tepat pada waktunya, menjaga rukun dan syaratnya dan menjaga kekhusyukan hati ketika shalat.

3. Menjaga pendengaran, penglihatan dan lidah dari hal yang diharamkan dan menjaga perut serta kecenderungannya dari makan secara berlebihan.

Dalam hal ini Allah Subhanahu wa Ta'âla berfirman: "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semua itu akan diminta pertanggung jawabannya". (QS. al-Isra': 36). Betapa banyak manusia di zaman sekarang ini yang tidak mau menjaga pendengarannya, sehingga ia gunakan pendengaran tersebut kepada hal yang haram, seperti mendengarkan musik, nyanyian yang mengumbar dan membangkitkan syahwat. Dan betapa banyak diantara manusia yang tidak mau menjaga penglihatan-penglihatannya, sehingga ia gunakan kepada melihat yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'âla. Lidah wajib dijaga dengan berkata benar, kalau tidak hendaklah diam, karena salah satu sebab terbesar yang menyebabkan seseorang masuk ke dalam api neraka adalah karena tidak mau memelihara lidah mereka. Dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: "Barang siapa yang bisa menjaga yang terletak antara dua jenggot maka dia akan masuk syorga" (HR. al-Hakim yang dishahihkan oleh Imam adz-Dzahabi)

Adapun menjaga makanan dan minuman dari hal yang diharamkan merupakan hal wajib kita lakukan, disamping itu juga menjaganya dari hal yang berlebihan, karena hal itu akan merusak kesehatan dan juga satu bentuk kemubadziran.

4. Menjaga kemaluan

Menjaga kemaluan merupakan syariat yang wajib kita perhatikan, karena ketika kemaluan ini tidak dijaga dari hal yang diharamkan Allah Subhanahu wa Ta'âla, maka akan berimbas kepada dosa dan maksiyat, bahkan puncaknya yaitu zina. Begitu pentingnya menjaga kemaluan ini maka Allah Subhanahu wa Ta'âla menyuruh hambanya yang mukmin untuk menundukkan pandangannya dan menjaga kemaluannya. Hal ini sebagaimana yang difirmankan-Nya: "Katakanlah kepada laki-laki mukmin agar mereka menundukkan pandangannya dan menjaga kemaluannya". (QS. an-Nur: 30) Bahkan bagi orang-orang yang menjaga kemaluannya Allah Subhanahu wa Ta'âla memberikannya ampunan dan pahala yang besar sebagaimana firman-Nya: "Dan dan perempuan yang menjaga kemaluan mereka, dan laki-laki dan perempuan yang yang banyak berzikir kepada Allah, maka Allah janjikan kepada mereka ampunan dan ganjaran yang besar". (QS. al-Ahzab: 35) Bahkan Allah Subhanahu wa Ta'âla memuji orang-orang yang menjaga kemaluannya, dengan menjadikan mereka orang-orang yang bahagia, sebagaimana firman-Nya: "Beruntunglah orang orang mukmin, diantaranya "orang yang menjaga kemaluannya" (QS. al-Mukminun 1-6)

Diantara contoh-contoh seseorang tidak menjaga kemaluannya adalah: berpacaran yang sudah dianggap lumrah bagi sebagian masyarakat (lihat pembahasan buletin terdahulu tentang pacaran dalam tinjauan syariat), pergaulan bebas laki-laki perempuan yang bukan mahromnya, memutar film-film porno, membeli dan membaca majalah-majalah porno, berpakaian seksi dengan memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh (ketat dan atau transparan) serta setiap wasilah yang akan mengantarkan kepada perbuatan zina.

Renungkanlah !!!.

Wahai hamba Allah renungkanlah baik-baik di dalam hati, sudahkah kita menjaga perintah Allah dan larangan-Nya dengan benar ? Betapa banyak orang takut kehilangan harta, sehingga mereka gaji orang untuk menjaga hartanya, mau berkorban untuk itu, dan betapa banyak orang yang takut kehilangan jabatan sehingga mereka berani untuk menghalalkan segala cara untuk itu, dan betapa banyak orang yang takut kehilangan nyawa, sehingga mereka mencari dokter yang bisa mengobatinya walaupun sampai ke ujung dunia.

Namun sayang beribu sayang, tatkala mereka dituntut untuk berjuang melaksanakan perintah Allah Subhanahu wa Ta'âla dan meninggalkan larangan-Nya merekapun mulai beralasan untuk mengelak dan menghindar dengan beribu-ribu alasan. Mereka menjaga hartanya, pangkatnya, tetapi tidak mau menjaga perintah Allah ‘Azza wa Jalla. Semuanya mereka abaikan. Namun ingatlah wahai manusia, semua yang kita pertahankan tersebut akan habis dan binasa, seiring dengan umur dan ajal kita. Semua itu akan kita tinggalkan. Yang akan kita bawa adalah amal ibadah dan amal sholeh kita kepada Allah Ta'ala. Berbekallah, karena sebaik-baik bekal adalah taqwa. Wallahu a‘lam.

Faishal Abdurrahman, Lc
http://dareliman.or.id